Text
Madre Kumpulan Cerita
Cerita berawal dari laki-laki bernama Tansen Roy Wuisan seorang pemuda berambut gimbal dan berkulit gelap memiliki sedikit darah tionghoa dan india yang merupakan seorang surfing mengetahui asal-usul keluarganya yang ternyata mewarisi sebuah adonan biang roti yang bernama Madre yang sudah gue jelaskan di atas kepadanya. Kakek dan Nenek Tansen yang bernama Tan Sin Gie dan Laksmhie adalah pembuat roti terkenal pada masanya. Kakek Nenek Tansen membuka usaha toko Roti dengan nama “Tan de Bakker” yang berdiri tahun 1943 di Jakarta Kota. Seiring bermunculan bakery modern, toko roti Tan tenggelam pelan-pelan yang disebabkan tak ada untung.
Mendengar ia mendapat warisan “Madre” Tansen yang pada awalnya tinggal di Bali pergi ke Jakarta untuk menengok seperti apa warisan yang diberikan sang kakek padanya. Ketika mengetahui yang ia dapatkan hanya setoples adonan biang roti Tansen enggan untuk mengurus warsan tersebut, namun atas penjelasan Pak Hadi seorang mantan pembuat roti di toko roti Tan yang mengatakan kalo jika Madre hanya bisa diturunkan pada seseorang yang punya “hubungan langsung” yang ternyata adalah Tansen sendiri.
Selama tinggl di Tan de Bakker Pak Hadi mengajarkan bagaimana membuat roti dengan biang Madre. Semua pengalamannya selama tinggal di Jakarta atau lebih tepatnya tinggal di Toko Tan de Bakker ia tulis di blog pribadinya. Cerita mengenai pengalaman membuat roti dengan Madre yang ia tulis di blognya membuat ia berkenalan dengan seorang perempuan bernama Mei Tanuwidjaja yang ternyata penikmat blog Tansen selama ini yang juga pengusaha roti yang bernama Fairy Bread dan sudah tiga generasi diurus oleh keluarga Mei.
Mei si pembaca setia blog Tansen tertarik untuk memcicipi roti yang terbuat dari Madre dan berniat membeli resep Madre. Maka Mei mengunjungi Tan de Bakker dan menceritakan niatnya untuk membeli resep Madre. Namun Tansen menolak untuk menjual Madre. Walaupun Tansen menolak untuk menjual Madre, Mei tak pantang menyerah. Mei menawarkan 100 juta kepada Tansen untuk menjual Madre.
Tansen merasa tergiur dengan tawaran Mei, karena ia berpikir kalo dirinya tidak pandai mengolah roti jadi lebih baik Madre dijual kepada orang yang tepat seperti Mei. Pak Hadi yang sudah puluhan tahun bekerja di Tan de Bakker tidak rela menjual Madre. Namun apa daya Madre sekarang sudah dimiliki Tansen, jadi Pak Hadi tidak punya hak untuk melarang Tansen menjual Madre.
Di tengah cerita Tansen mengetahui betapa berharganya Madre tidak hanya untuk Pak Hadi saja tapi juga untuk keempat orang keluarga Tan de Bakker yakni Bu Sum, Bu Cory, Bu Dedeh dan Pak Joko yang sudah bekerja bertahun-tahun di Tan de Bakker. Melihat itu Tansen merasa tidak enak hati. Akhirnya Tansen menghubungi Mei dan merubah kesepakatan mereka. Tansen membuat kesepakatan jika semua roti yang diperlukan Mei akan dibuat di Toko Roti Tan, jadi Tansen dan seluruh keluarga besar Tan de Bakker yang menerima order dari Mei. Keputusan Tansen itupun membuat Pak Hadi dan keempat orang lainnya ikut senang.
| Judul | Edisi | Bahasa |
|---|---|---|
| Little Stories ; Lotus Creative Project | Cet. 1 | id |
| Kumpulan Cerita Rakyat Sulawesi Bolaang Mongondow | Cet. 1 | id |