Text
Bung Tomo ; Soerabaja Di Tahun 45
Di tengah kobaran semangat dan asap mesiu, suara lantang seorang pemuda menggema dari radio-radio tua, membakar semangat rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia bukan jenderal, bukan pula pejabat tinggi—namun suaranya menjadi peluru bagi semangat juang rakyat Surabaya. Dialah Bung Tomo.
Cerita ini menggambarkan hari-hari genting di Surabaya pasca-Proklamasi, ketika rakyat dan pejuang bersiap menghadapi kedatangan pasukan Sekutu dan NICA. Di antara bom yang dijatuhkan dan peluru yang berseliweran, Bung Tomo tampil sebagai pengobar semangat, memimpin perlawanan bukan dengan senjata, tetapi dengan pidato yang menggetarkan jiwa.
Melalui siaran radio, ia memanggil para pemuda, membakar semangat arek-arek Suroboyo, dan menantang penjajahan dengan tekad yang tak bisa dibunuh. Di mata dunia, Surabaya menjadi simbol perlawanan. Di hati bangsa, Bung Tomo menjadi suara perlawanan yang abadi.
"Bung Tomo: Soerabaja di Tahun '45" bukan sekadar kisah sejarah, tapi pengingat tentang arti kemerdekaan, tentang keberanian melawan meski tak seimbang, dan tentang bagaimana satu suara bisa mengguncang penjajah.
Tidak tersedia versi lain